Kamis, 31 Desember 2015

CHARLES DUCAL - Anjing-anjing





ANJING-ANJING

Anak itu takut, takut akan anjing-anjing
yang mendekatinya, jauh dalam lelapnya.
Di loncatan yang membeku tanpa suara
kenyataannya didahului.

Jeritan terhenti, pelarian meretakan kaki-kaki.
Tak ada jalan keluar. Panik terkunci.
Keinginan yang lemah untuk menyerah:
kalau saya berbaring saya tak ada lagi.

Terjatuh memecahkan kenyataan, terbuka
kamar-kamar dimana tinggalnya suara-suara.
Seorang perempuan yang datang menenangkan.
Seorang lelaki yang menggeram dalam mimpinya.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
30-12-2015







HONDEN

Het kind is bang, is bang van de honden
die naderen, diep in zijn slaap.
In bevroren, geluidloze sprongen
wordt de werkelijkheid ingehaald.

De schreeuw stokt, de vlucht knakte de benen.
Geen uitweg. Gesloten paniek.
Het weke verlangen zich over te geven:
als ik neerlig ben ik er niet.

De val breekt de werkelijkheid open,
opent kamers, door stemmen bewoond.
Een vrouw die de nacht komt bedaren.
Een man die gromt in mijn droom.



De hertog en ik
Penerbit: De Arbeiderspers, Amsterdam, 1989
Photo penyair: © Lin Pauwels.




www.alberthagenaars.nl



Sabtu, 26 Desember 2015

HERBERT MOUWEN - Pita suara





PITA SUARA

Pita suara ayahku yang parah sudah
dihilangkan di rumah sakit akademi di Leiden
Kemudian, dengan bantuan alat berbentuk pipa,
belajar dia berbicara, berdoa
tidak dilakukannya lagi, setiap kali antara dua suku-
kata, dia menekan dengan telunjuk jari di tombol
yang berada di sisi bantuan itu, sementara saya
mendengar, belajar saya membaca bibir

Saya membisu dan dia harus banyak memberitahu,
tapi kalau dia mau menangis, menangislah
dia tidak, dan kalau dia tertawa, tertawalah dia tidak,
kalau dia berbicara tidak mengeluarkan
suara -Papa selalu riang saat dia menangis, kataku,
sampai dia tidak riang lagi dan dia hari Jum'at
sebelum musim gugur meninggal
-Dia lebih jauh kedepan daripada waktunya



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
26-12-2015







STEMBANDEN

Vaders aangetaste stembanden werden
in het Leids Academisch verwijderd
Later, met een spraakapparaat in de vorm
van een pijp leerde hij spreken, bidden
deed hij niet meer, tussen twee letter-
grepen drukte hij met zijn wijsvinger op
een knopje dat aan de zijkant van de kop
zat, al luisterend leerde ik er liplezen bij

Sprakeloos was ik en hij had zoveel
te vertellen, maar als hij huilde huilde
hij niet en als hij lachte lachte hij niet,
als hij sprak kwam uit zijn mond geen
geluid –Papa is altijd vrolijk als hij huilt,
zei ik, totdat hij ook dat niet meer was en
hij op een vrijdag voor de herfstvakantie
stierf –Hij was zijn tijd ver vooruit



De handen van de tijd
Penerbit: Van Kemenade, Breda, 2015
Photo: © Rien van Kaam
Photo penyair: © Albert Hagenaars, 2015
Desain sampul buku: Rietje Smeets




www.alberthagenaars.nl



Jumat, 25 Desember 2015

CATHARINA BOER - Burung elang





BURUNG ELANG

Menembus samar-samar biru di atas hijau
dengan ujung sayap yang hitam,
mata mengintai, cakar mencengkeram,
dia menukik.

Mangsa tertembus. Kegarangan
yang sekejap di bawah semak belukar,
rakus melahap merpati kecil.
Pekik kematian, kepalanya retak, tubuh.

Tenang.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
25-12-2015







SPERWER

Door vaag blauw boven groen
met zwart omrande vleugelvingers,
loerende ogen, aanstormende klauwen,
schoot hij belust omlaag.

Doorboorde prooi. Een korte woede
onder de heg, ongedurige bedoening
van een kleine winterkoning.
Doodskreet, krakend kopje, lijfje.

Rust.



Zwijgwater
Penerbit: WEL, Bergen op Zoom, 2008
Photo penyair: © Albert Hagenaars, 2008




www.alberthagenaars.nl



Kamis, 24 Desember 2015

ANTON VAN DUINKERKEN - Sungai Zoom





SUNGAI ZOOM

Lambang kematian yang pasti,
Sungai yang mengalir perlahan-lahan,
Kamu mengemban cahaya bulan purnama
Yang jiwaku ingin memahami,
Sunyi dalam senyapnya aliranmu.

Sejak masa kecilku tak jauh
Kamu, sungai sepi, menentramkan
Acap kali malam-malam di bulan Mei,
Di bawah perlindungan daun pohon randu,
Lamunan hati.

Manakala dari jauh datang kembali,
Saya membungkuk di atas jembatan,
Kemudian, kadang-kadang,
Kenanganku mencerminkan
Anak yang kegirangan di masa lalu.

Hibah batinku mengerti
Mengapa di tengah aliranmu,
Seperti kesadaran dari kematian,
Juga mengambang, Zoom yang penyabar,
Cahaya bulan yang perlahan menghilang.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
24-12-2015







DE ZOOM

Zinteken van ’t zeekre vergaan,
Traagzaam vervlietende Zoom,
Draagt gij van heldere maan
Stil in het stilst van uw stroom
Glans, die mijn ziel wil verstaan.

Sedert mijn jeugd mij nabij
Gaaft gij, bedroefde rivier,
Menigen avond in mei
Onder beschermende vlier
Laafnis aan harts mijmerij.

Keer ik van ver naar u weer,
Buig ik mij over uw brug,
Dan, voor een zeldzame keer,
Spiegelt mijn heugnis terug
’t Juichende kind van weleer.

Gun mijn gemoed, te verstaan
Waarom in ’t stilst van uw stroom,
Als in ’t besef van vergaan,
Meevloeit, geduldige Zoom,
Glans van de langzame maan!



Verzamelde Gedichten
Penerbit: Het Spectrum, Utrecht / Antwerpen, 1957
Photo penyair: Rioclor Studio





Gedung Zoom, kota Bergen op Zoom
Photo: Albert Hagenaars, 2012






www.alberthagenaars.nl


Minggu, 29 November 2015

J.C. BLOEM - Tahun Baru





TAHUN BARU

Lonceng tahun baru terdengar dari radio.
Hujan lebat. Hari ini sangat buruk sekali.
Seseorang terabaikan dan menerimanya.
Tak mempertanyakan lagi: mengapa dan oleh karena apa?

Kehidupan sulit ini memang tak bisa dipungkiri;
Di dunia tak ada tempat lagi untuk pergi,
Dan jantung tak bersemi lagi, seperti alam:
Tak ada pelarian dari kehidupan yang telah gagal.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
29-11-2015







NIEUWJAAR

De nieuwjaarsklokken luiden door de radio.
Stortregen valt. De dag is onbeschrijflijk goor.
Men is alleen gelaten en aanvaardt het zo.
Men vraagt zich zelfs niet af: waarom is ’t en waardoor?

Tegen het leven is toch immers niets te doen;
De wereld heeft geen oorden meer om heen te gaan,
En ’t hart wordt niet, gelijk de landen, jaarlijks groen:
Er is geen vlucht uit een voorgoed mislukt bestaan.



Enkele Gedichten
Penerbit: A.A.M. Stols, 's-Gravenhage, 1942
Photo penyair: ?




www.alberthagenaars.nl


Minggu, 22 November 2015

LEOPOLD VAN DEN BRANDE - Menatapi nyala api





MENATAPI NYALA API

segenggam tanah. sedikit darah. Sudah
musim gugur lagi. memulai kembali tahun.
waspadalah anda. apa yang saya lupa tentang anda
yang lain mengingatnya lagi. saya telah
kesurupan. saya membakar karangan
bunga mawar ke dalam api.

saya melihat anda berdiri
di taman kematian. anda menutupi
guci abu yang kosong dengan kain
dari bebatuan sehingga jasad anda perlahan
berubah bentuknya mengikuti lipatan.

dan jatuh terguling dari tungku perapian
seperti halnya anda menggali waktu
dan meletakkan jasad anda dengan kain
jelaga membara ke dalam diri saya.

bagaimana nanti, perlahan, kain
mengerut. dan kemudian, lipatan sutera
membungkus kehampaan.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
22-11-2015







STAREND IN HET VUUR

wat aarde. wat bloed. reeds herfst
weer. wederom verjaart het jaar.
en wee u, wat ik van u vergat
onthield een ander weer. ik werd
bezeten, ik verbrandde handenvol
rozen in het vuur.

ik zie u in de vlammen in een
dodentuin staan. gij hangt stenen
doeken over de lege vazen tot
uw lichaam stilaan vorm neemt
in de plooien.

en kantelt uit de haard of de tijd
u weer ontgraven heeft. en in een
smeulend kleed van roet gehuld
in mij heeft neergelegd.

hoe later langzaam het kleed
krult. en dan, de zijden randen
van het niets.



Alchemie van de roos
Penerbit: Animal Farm Edities, Denderbelle, 1976
Photo penyair: © Albert Hagenaars, 2011
Desain sampul buku: Dirk Gooris




www.alberthagenaars.nl


Minggu, 15 November 2015

VICTOR VROOMKONING - Senja hari





SENJA HARI

Di dalam kabut dia telah mondar-mandir
antara hewan-hewan, memerah susu sapi,
meraba punting mereka.
Dia masuk ke dalam rumah,
melepas sepatu kayunya.
Isterinya menyedu teh.

Sementara dia menyantap kue,
pengelihatannya menuju
ke bayangan yang mengunyah rumput,
yang baru saja bersamanya
dan dia menatap, seperti pertama kalinya
dia melihat mereka dari tempat duduk,
seakan dia bukan pemilinya,
dan dia tidak mengenal mereka.

Begitu cara dia memandang wanita
yang sedang mencuci pakaian
di kepulan asap dapur.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
14-11-2015







NAMIDDAG

In de nevel heeft hij tussen
de beesten gedoold, ze gemolken,
hun uiers gestreeld.
Hij is de woning ingelopen,
heeft de klompen uitgedaan,
De vrouw heeft thee gezet.

Terwijl hij speculaas weg
kauwt, glijdt zijn blik
naar de grazende schimmen
die hem daarnet nog vergezelden
en hij kijkt alsof het de eerste
keer is dat hij ze vanuit
zijn zetel ziet, alsof ze niet
van hem zijn, hij ze niet kent.

Eenzelfde blik valt op de vrouw
die in de dampende keuken
de was doet.



Verloren spraak
Penerbit: Fado Press, Tilburg, 2000
Photo penyair: ?
Gambar-gambar: Christine Lohmann & Walter Kerkhofs
Desain sampul buku: Annemarie Kloeg




www.alberthagenaars.nl


ALBERT HAGENAARS - Borobudur





BOROBUDUR

I

Mendekat dari sudut yang telah diperhitungkan. Hanya
ada getar di antara kita berdua, pantulan layar segi tiga,
mengelepak dalam angin kering,
gosokan pada suatu dasar dari waktu ke waktu.

Pasir gurun mengersak dalam remasan lensa tua.
Beberapa derajat lagi dan kemudian sang gunung semesta
tergenang, bagai teratai candinya mengambang
pada pantulan kehendak dan benda.

Aku berpaling. Di Baie d’Avranches yang mengapi
sang ayah-yang-penyair meratapi puterinya yang karam
Abad-abad berputar memenuh diri dalam dukacita kita.
Kala itu aku anak muda dan tak melawan.



II

Para dewa bangkit bersama negara dan akhirnya runtuh.
Sekali lagi kita mendaki melewati singa-singa.
Musim-musim penghujan membasuh darah kita dari tangga,
di atas aras paling rendah; aras iri dengki, nafsu dan kematian.

Tangan putih menggagapi abu mencari puisi yang terbenam:
pohon buahan, gajah, para hakim, perempuan mungil
memegang tombak, dan menyentuh dawai-dawai retas, cintaku
kepadamu. Bahana tajam kekaguman, dan ketakpahaman.

Di puncak kurangkul dia, kuangkat, kunaikkan.
Kami ketawa, saling cocok. Gaunnya meninggalkanku telanjang.
Aku mesti jadi ayahmu, mengelus segalanya rapi kembali.
Negara bangkit bersama dewa, yang memicu keruntuhannya.



III

Kuelus urat-urat darah kitab renta ini, madu
terpancur dari stupa, menutupi nama dan rupa,
kenangan akan suatu kehilangan. Yang tak bisa membaca
pergi mendaki berputar dan mencari tempatnya.

Ingatkah kau malam terakhir itu di kamar kosong kita
yang sesak aroma dupamu, bagaimana kita menyimak
para lalat? Aku mesti menemanimu pergi ke klinik,
tapi kau menjerit, menghunjamkan tombakmu menusukku.

Di angin pagi yang lemah ini cakap terhenti,
niat meluka meraja dalam secercah senyum
yang di banyak percintaan silam terpahatkan
dari sesuatu yang hampa arti.



Terjemahan: © Landung Simatupang
2010







BOROBUDUR

I

Naderend vanuit de berekende hoek. Even
een trilling tussen ons, een spiegeling van drie-
kantige zeilen, klapperend in de droge wind,
het schuren van een bodem over de tijd.

Woestijnzand knarst in de oeroude lens.
Nog enkele graden; dan staat de kosmische berg
onder water en drijft haar tempel als een lotus
op de spiegeling van wil en materie.

Ik draai. Aan de brandende baai van Avranches
huilt de dichtervader om zijn verdronken dochter.
Eeuwen wentelden hun volheid in ons verdriet.
Ik was een jonge man en bevocht het niet.



II

Goden kwamen met staten op en gingen ten onder.
Opnieuw klimmen we langs de leeuwen omhoog.
De moessons spoelden ons bloed van de trappen,
over het laagste terras; dat van naijver, lust en dood.

Een blanke hand tast in de as naar verzakte strofen:
fruitbomen, olifanten, rechters, een kleine vrouw
met een speer, en raakt aan gebroken snaren, mijn liefde
voor jou. Harde klanken van bewondering, en onbegrip.

Boven neem ik haar in m’n armen, til haar op.
We lachen, worden elkaar. Haar rok laat me bloot.
Ik moest je vader zijn en strijk alles weer glad.
Staten komen met goden op, gaan eraan ten onder.



III

Ik streel de aders van dit brekend boek, honing
vloeit uit de stupa en bedekt naam en vorm,
herinnering aan gemis. Wie niet kan lezen
gaat stijgend rond, zoekt zijn plaats.

Weet je al, die laatste nacht in onze lege kamer,
stinkend van jouw wierook, hoe we luisterden
naar de muskieten? Ik zou meegaan naar de kliniek,
maar je schreeuwde, je stak je speer in mij.

In deze broze ochtendwind eindigt het
spreken, heerst wrok in een glimlach,
vele liefdes geleden gebeiteld uit wat
van geen enkel belang mocht zijn.






BOROBUDUR

I

Approaching from the calculated angle. Just
a quiver between us, a reflection of tri-
angular sails, fluttering in the arid wind,
the scraping of a bottom over time.

Desert sand scrunches in the ancient lens.
A couple more degrees and then the cosmic mountain
is submerged, her temple drifting like a lotus
on the reflection of will and matter.

I turn. At the burning bay of Avranches
the poet-father weeps for his drowned daughter.
Centuries revolved their fulness in our grief.
I was a young man and did not resist.



II

Gods rose with states and eventually declined
Once more we clamber upwards past the lions.
The monsoons washed our blood off the stairs,
over the lowest terrace; that of envy, lust and death.

A white hand feels in the ashes for subsided verses:
fruit trees, elephants, judges, a small woman
with a spear, and touches broken strings, my love
for you. Harsh sounds of admiration, and incomprehension.

On top I take her in my arms, lift her up.
We laugh, become each other. Her frock leaves me naked.
I had to be your father and stroke everything smooth again.
States rise with gods, who trigger their decline.



III

I caress the veins of this breaking book, honey
flows out the stupa, covering name and form,
remembrance of a loss. Who cannot read
goes climbing round and seeks his place.

Do you recall that last night in our empty room
that stank of your incense, how we listened
to the flies? I was to go with you to the clinic,
but you screamed, you stuck your spear in me.

In this frail morning wind the speaking
ceases, spite rules in a smile,
many loves ago chiselled out of what
was devoid of any meaning.



Terjemahan: © John Irons
2003




Tropendrift / Tropical Drift
Penerbit: In de Knipscheer, Haarlem, 2003
Photo penyair: Siti Wahyuningsih
Desain sampul buku: Anders Kilian




www.alberthagenaars.nl


Sabtu, 31 Oktober 2015

ROGI WIEG - Mimpi





MIMPI

Adalah sebuah meja, beberapa lilin
dan roti.
Orang tuaku datang mendekatiku,
bangkit dari kematian.

Adalah dua wajah
saling berdekatan.
Mereka berbaring di atas tempat tidur
dari rambut manusia.

Adalah sesuatu yang mencuat,
saya tidak tahu apakah itu.
Saya mendengar bagaimana ayahku
membaca novel.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
31-10-2015







DROOM

Er waren een tafel, wat kaarsen
en een brood
Mijn ouders liepen nader,
herrezen uit de dood.

Er waren twee gezichten
heel dicht bij elkaar.
Zij lagen op een bed
gemaakt van mensenhaar.

Er sprong iets op,
ik weet niet wat het was.
Ik hoorde hoe mijn vader
een novelle las.



Dagen in Budapest
Penerbit: Poëzie-uitgeverij WEL, Bergen op Zoom, 1985
Photo penyair: ?
Desain sampul buku: Rogi Wieg / Albert Hagenaars




www.alberthagenaars.nl


Minggu, 25 Oktober 2015

MICHAEL SLORY - Kehadiran Tuhan





KEHADIRAN TUHAN

Memohon,
dengan rajin mencari
tak bisa diwujudkan.

Cahaya mataha
adalah kecerahan.

Keajaiban dari kristal
di depan mataku sendiri.

Jika suaraku
sekarang masih suaraku.

Keajaiban dari kristal,
jantung Tuhan
berada disini
bergemerlapan
dan bergemuruh
disini di depanku.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
25-10-2015







GODS AANWEZIGHEID

Smekend,
naarstig zoekend
naar het onvervulbare.

Het zonlicht
is de klaarte.

Kristallen wonder
voor mijn eigen ogen.

Als mijn stem
nog de mijne is nu

Kristallen wonder,
het hart van God
is hier
twinkelend
en denderend
hier vóór mij.



Torent een man hoog met zijn poëzie
Penerbit: In de Knipscheer, Haarlem, 2012
Photo penyair: ?
Desain sampul buku: Anders Kilian




www.alberthagenaars.nl


Minggu, 18 Oktober 2015

PATRICK CORNILLIE - Seorang penyair





SEORANG PENYAIR

Sedikit iba yang berpura-pura harus kita perlihatkan
dengan penyair. Untuk pemikiran lamban tentang kekurangan
yang aneh, dia hanya mau tinggal dalam bahasa.
Dan membalut dirinya sendiri dalam malam dari kertas.

Dia ketakutan untuk semua tahun-tahun batasan.
Terlihat sangat pucat, setiap kali kita percaya
bahwa dia, seolah-olah oleh aroma bangkai, selalu
akan jatuh pingsan dimanapun. Lihat: dia menimbang

sepatah kata. Di sisi sebelah jendela
adalah kenyataan waktu. Di dalam dia menyusun
kalimat sampai menjadi tubuh.

Menyegarkan diri sendiri pada huruf-huruf
khayalan. Dan akhirnya tersedak. Di kelahiran
ketidakhadiran yang bisa dirasakan.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
18-10-2015







EEN DICHTER

Wat geveinsd medelijden moet men tonen
met de dichter. Die, omwille van trage gedachten
omtrent een ongerijmd gemis, enkel wil wonen
in de taal. En zich wikkelt in papieren nachten.

Hij is als de dood voor al die jaren eindigheid.
Zit er zo bleek bij dat je elk ogenblik
vreest dat hij, als voor een ontbindingswalm, altijd
en overal in katzwijm zal vallen. Zie: hij wikt

wat woorden. Aan de andere kant van het raam
is er het feit van de tijd.
Binnen schikt hij zijn zinnen tot een lichaam.

Laaft hij zich aan wat letters waan.
En verslikt zich tenslotte. Bij het ontstaan
van zoveel tastbare afwezigheid.



Fleur de Semois
Penerbit: De Beer, Torhout, 1996
Photo penyair: ©
Desain sampul buku: Patrick Cornillie




www.alberthagenaars.nl


Minggu, 11 Oktober 2015

LUCIENNE STASSAERT - Saya telah membawa waktu untuk keselamatan





*

Saya telah membawa waktu untuk keselamatan,
menempatkannya ke dalam sebuah inkubator untuk tidur.
Begitu dia bisa tumbuh tanpa cidera.

Saya telah membanjiri hari di bawah lapisan salju,
menentukan malam dengan kelem-kelem.
Begitu saya menahannya jauh dari bahaya.

Dengan mata saya mengikuti sinar bulan baru
yang berlalu dan berjalan ke segala penjuru
di atas ombak awan yang liar.

Ketenangan akan bisa mengambil alih semua
jika tak ada suara lantang yang mulai bertanya
apakah belum ada sesorang di dunia
untuk menutup semua mata yang terbuka itu.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
11-10-2015







*

Ik heb de tijd in veiligheid gebracht,
in een couveuse te slapen gelegd.
Zo kan hij opgroeien zonder letsel.


Ik heb de dag bedolven onder een laag sneeuw,
de nacht met klemmen vastgezet.
Zo houd ik die voorlopig buiten schot.

Ik volg het zeilen van nieuw maanlicht
dat op golven van wolkendrift
naar overal en nergens reist.

De rust zou overweldigend kunnen worden
als er geen stem begon te roepen
of er nog iemand op de wereld is
om al die open ogen te sluiten.



Nabloei
Penerbit: Uitgeverij P, Leuven, 2015
Foto penyair: © Albert Hagenaars, 2013
Lukisan: Lucienne Stassaert
Photo lukisan: André Bongers




www.alberthagenaars.nl


Rabu, 30 September 2015

JOHANNA KRUIT - Keterasingan





KETERASINGAN

Di perbatasan antara terang dan gelap
saya duduk menemanimu. Di depan
jendela siluet burung. Di kejauhan
seorang menyanyi. Tanpa nama

kita tetap disana dan membisu bersama.
Karena apapun yang kita ucapkan
bukanlah bahasa. Di dalam kamar
bayangan berdansa. Pikiran kita

menyatu. Yang berlalu datang
marabahaya mendekat. Hanya sekejap.
Begitu membingungkan sesuatu
yang saya rasakan sehingga saya harus

memaksa diri untuk pergi menghindar.
Apakah kau menyalakan lampu waktu itu?



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
29-09-2015







VERVREEMDING

Op de grens van licht en donker
zat ik bij je. Voor het raam
vogelsilhouetten. Ergens zong er
in de verte iemand. Zonder naam

bleven wij en zwegen samen.
Omdat wat te zeggen viel
toch geen taal had. In de kamer
danste schaduw. Samen vielen

toen gedachten. Wat geweest was
kwam gevaarlijk dichterbij.
Een moment slechts. Zo verward
was wat ik voelde dat ik mij

zelf moest dwingen om te gaan.
Stak jij toen de lichten aan?



Zeegrens. Gedichten 1980-2000
Penerbit: WEL, Bergen op Zoom, 2011
Photo penyair: © Albert Hagenaars




www.alberthagenaars.nl


Minggu, 20 September 2015

JACOB ISRAEL DE HAAN - Malam yang hening





MALAM YANG HENING

Malam adalah hening. Begitu luas mataku memandan
Tak ada kilauan berdarah dari sebuah kota yang menggantung
Pada udara sekarang. Di mana-mana tenang. Bintang-bintang
Yang mengitari bulan tak bergeming. Mereka tak berbinar.

Ini adalah kedamaian yang saya cari. Tak pernah saya menemukan
Kedamaian dalam kamu. Dan sekarang saya membenci kamu, Kota,
Kota yang lembut, kota yang kejam. Saya membenci kekayaan
Dari semua hawa nafsu kamu, yang memaksa dan melukai jantung.

Samudera, Samudera, depan rumah kami di bukit pasir
Ombak-ombakmu membuka gulungan dengan kebisingan
Tanpa busa, tanpa angin, karena musim panas.

Saya, orang sakit yang mengelak Kota, mendengar Lagumu,
Laut tanpa henti, lama, sampai pertengahan malam
Dan saya berbahagia. Laguku menghidupkan kembali lebih indah.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
20-09-2015







DE STILLE NACHT

De Nacht is stil. Zo wijd als mijn oog ziet
Hangt aan de lucht nu geen bloedende schijn
Van een Stad. Overal rust. De sterren zijn
Rondom de maan roerloos. Zij tinklen niet.

Dit is de vrede, die ik zocht. Nooit vond
Ik vrede in u. En nu haat ik u, Stad,
Teedre stad, wrede stad. Ik haat de schat
Van al uw lust, die harten drijft en wondt.

Oceaan, Oceaan, vóór ons duinhuis
Vallen uw golven uit met licht gedruis.
Zonder schuim, zonder wind, want het is zomer.

Ik, die de Stad ziek ontweek, hoor uw Zang,
Eindloze Zee, de stille vóórnacht lang
En ‘k ben gelukkig. Mijn lied herleeft schoner.



Liederen
Penerbit: P.N. Van Kampen & Zoon, 1917
Photo penyair: ?




www.alberthagenaars.nl


Selasa, 15 September 2015

WILFRIED ADAMS - Berita





BERICHT

Anda telah menyaksikannya semua,
untuk anda itu tidak perlu: ada
sebuah lingkaran mengitari semua kota
sebuah tanggul yang menghadang setiap pasang.

Dan semua jalan diluruskan itu
yang menjamin
menuju ke satu roma atau yang lain.

Namun kadang-kadang, mendadak
dalam peparitan anda, danau-danau
yang sedang membusuk dengan damai dan tenang,
fajar ini punya hidung kayu
dan pincang,
dalam pundaknya datang sinar yang menggonggong.

Hari terbit dan orang laki-laki berbicara.

Lebih dalam daripada binatang-binatang yang paling dalam,
lebih besar daripada burung-burung yang mengerti,
tangannya yang terbakar membara: dia berdiri
menciptakan salju dalam tubuh anda yang paling mungkin.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
15-09-2015







BERICHT

U hebt het alles al wel gezien,
voor u hoeft het niet: er is
een ring rond alle steden
een dijk tegen elk tij.

En al de zovele gestroomlijnde wegen
die gegarandeerd
naar een of ander rome leiden.

Soms echter, plots in uw kreken,
de binnenwaters die in peis en vree
liggen te rotten,
heeft de ochtend een houten neus
en hinkt,
schieten zijn schouders vol blaffend licht.

En daagt een woord en spreekt een man.

Dieper dan de diepste dieren,
groter dan de vogels weten,
zacht branden zijn handen: hij staat
te sneeuwen in uw mogelijkste lichaam.



Geen vogelkreet de roos
Penerbit: Walter Soethoudt, Antwerpen / Nijgh & Van Ditmar, Den Haag, 1975
Photo penyair: © Bert Bevers
Desain sampul buku: ?




www.alberthagenaars.nl


Senin, 07 September 2015

MARIJKE HANEGRAAF - Tak menemukan sesuatu





TAK MENEMUKAN SESUATU

Ketika saya merapikan lemari kerja saya menemukan
potongan metal ukuran dua kali tiga centimeter

dengan pipa kecil yang janggal. Saya tidak tahu
bahwa semacam itu ada dan saya telah mempunyainya.

Itu kelihatan aneh
tetapi berguna dan bertujuan.

Begitu hadir dengan sungguh
dan bernilai tak terbantahkan.

Saya memutarnya di antara jemariku
seperti meraba bisa mengungkap kegunaannya.

Seseorang mampu berbicara apa manfaatnya
mampu bilang jangan buang itu

seseorang yang tahu semua koneksi di dunia.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
07-09-2015







IETS NIET VINDEN

Bij het opruimen van de werkkast vind ik
een stukje metaal van twee bij drie

met een bizar buisje. Ik wist niet
dat zoiets bestond en dat ik het had.

Het ziet er vreemd uit
maar nuttig en doelgericht

Zo onbuigzaam aanwezig
en onweerlegbaar de moeite waard.

Ik draai het tussen mijn vingers alsof
een gebaar het gebruik kan onthullen.

Iemand kan zeggen waar het voor dient
kan zeggen gooi het niet weg

iemand die in de wereld de verbindingen kent.



Restruimte
'Iets niet vinden' © www.marijkehanegraaf.nl
Penerbit: De Arbeiderspers, Amsterdam-Antwerpen, 2010
Photo penyair: Marjolein Irik
Desain sampul buku: Steven van der Gaauw




www.alberthagenaars.nl


Senin, 29 Juni 2015

JO GISEKIN - Perilaku burung merak





PERILAKU BURUNG MERAK

Putih dalam hijau dalam porfiri biru
es di kutub bergelombang yang menyilang

Lihat bagaimana dia berdiri, bertahan.
Leher dan jakun terpahat dari batu
memperlihatkan dirinya sendiri
ke dalam cermin-cermin yang hitam legam.

Keseimbangan dalam pekikan nafsu birahi,
dia berdiri membeku tanpa urat saraf

ini caranya memperhitungkan untuk hidup
bermahkota dengan bulu-bulu gemerlapan.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
28-06-2015








POSTUUR

Wit in groen in blauw porfier
rimpelend poolijs tegendraads.

Hoe hij zich staande houdt.
Hals en krop in steen gekapt
stelt hij zichzelf te kijk in
spiegels van het diepste zwart.

Balancerend op wulpse kreet
verstramt hij zenuwloos

dit is: het koele lijfsbehoud
gekroond met blitse veren.











PRESTANCE

De blanc en vert en porphyre bleu
ridules à contre-fil d’une glace polaire.

Comment il se tient debout.
Cou et jabot taillés dans la pierre
il s’expose lui-même dans
des miroirs d’un noir abyssal.

Balançant sur un cri de volupté
sans nerfs il se raidit

et c’est: la fraîche vie sauve
couronnée de plumes à paillettes.



Terjemahan Bahasa Perancis: © Frans De Haes



De witte pauw
Penerbit: PoëzieCentrum Gent, 2014
Photo penyair: ©
Photo buring merak putih : © Annouk Westerling
Photo Frans De Haes: © Monique De Plaen
Desain sampul buku: Annouk Westerling & Karakters, Gent




www.alberthagenaars.nl


Minggu, 14 Juni 2015

ANTOON VAN DEN BRAEMBUSSCHE - Setiap otot mencari jalurnya sendiri





*

Setiap otot mencari jalurnya sendiri,
tiap sendi mencari beban ambang batasnya sendiri
tiap organ mencari nyanyiannya sendiri
yang memberontak, gelap,
dan terkendali.

Setiap pertanyaan, setiap desakan,
setiap ketidaksalahan yang terbunuh
berasal dari tubuh.

Raga diam tak bergerak murni
patung telah menjadi daging.
Malaikat dijatuhkan.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
14-06-2015







*

Elke spier zoekt haar eigen vluchtlijn,
elk gewricht haar eigen dood gewicht,
elk orgaan haar eigen
opstandige, duistere,
ingehouden zang.

Elke vraag, elke aandrang,
elke vermoorde onschuld
gaat van het lichaam uit.

Het lichaam als pure stilstand,
vleesgeworden sculptuur.
Een gevallen engel.




Penari: Emilie De Vlam



Het uur van de wolf
Penerbit: P, Leuven, 2014
Photo penyair: © Bert Bevers
Photo punggung : © Benn DeCeuninck
Desain sampul buku: Benn DeCeuninck




www.alberthagenaars.nl


FRANS MINK - Dan sajak juga kutemukan di sana





DAN SAJAK JUGA KUTEMUKAN DI SANA

satu pak tisu
yang terbuka

sendok kocok
sendok kayu
satu pak korek api
tutup dari mesin
pembuat kopi
dua kertas kusut
+ berdebu

ini kutemukan di belakang kulkas kita
ketika kutarik ke depan
untuk bisa dibersihkan di sana



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
07-06-2015







EN EEN GEDICHT VOND IK ER OOK NOG

een geopend pakje
papieren zakdoekjes

één schuimspaan
een houten lepel
een doosje lucifers
de deksel
van het koffiezetapparaat
2 propjes papier
+ een boel stof

dit vond ik achter onze koelkast
toen ik haar naar voren trok
om er achter te kunnen stofzuigen



Bloemlezing uit het werk van Frans Mink
Penerbit: Kleinood & Grootzeer, Bergen op Zoom, 2013
Pilihan: Bert Bevers
Photo penyair: Frans de Looij, 1974
Desain sampul buku: Gerrit Westerveld




www.alberthagenaars.nl


Senin, 01 Juni 2015

STEFAAN VAN DEN BREMT - Wajah jauh ibuku





WAJAH JAUH IBUKU

Di ranjang kematiannya
ibuku telah kehilangan wajahnya, dia berbaring
disana dengan kemiripan ibundanya
akhirnya dia kembali menemukannya, yang aku
tidak pernah mengenalnya.
                                              Dalam pusara keluarga
dia juga telah mengambil wajah itu:
disana dia berbaring, dalam lesung pipi, dengan senyuman
dalam wajah dunia.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
01-06-2015







MOEDERS VER GEZICHT

Op haar sterfbed had mijn moeder
haar eigen gezicht afgelegd, ze lag
er met de trekken van háár moeder
die ze eindelijk terugvond, die ik
nooit heb gekend.
                              In het familiegraf
heeft ze ook dat gelaat nog afgelegd:
daar ligt ze, in die wangkuil, lachend
in het aangezicht van de aarde.



Kromzang
Penerbit: In de Knipscheer, Haarlem, 2105
Photo penyair: Solange Abbiati
Lukisan: Solange Abbiati




www.alberthagenaars.nl


Senin, 25 Mei 2015

BENNO BARNARD - Sjoel





SJOEL

Puisi di tembok bekas synagoge Bergen op Zoom

Pelintas, di sinilah dulu tempat berdo'a
dari penganut yang tenang dan damai:
Salomon Samuel Frank, pemilik toko,
Nathan Jakob, pedagang yang jujur,
namakan semuanya apa saja. Disini
mereka berkumpul, diinstruksikan
oleh kakek moyang, ditularkan
oleh tradisi.

Perlu disadari:
tak ada hal yang sama
seperti bekas synagoge.

Pikirkan ke bajingan yang menyimpan
kentangnya di dalam synagoge ini.
Bukan ketiadaan melainkan
Pengungkapan dari ketiadaan dalam
kehidupan banal yang menyeramkan.

Kini, seribu tahun yang lalu, lelaki tua
berjenggot yang belum penuh keyakinan
masih berdiri berbicara keputusasaan
di bawah cahaya Sang Maha Pencipta
mengahadap pada peti suci
dengan nama mereka yang dihimpun
seperti kentang oleh kematian:
Sara, Israël, Esther, Benjamin, Jakob.

Kau yang melintas
seperti mereka,
namakan apa saja.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
25-05-2015







SJOEL

Op een muur van de voormalige synagoge in Bergen op Zoom

Voorbijganger, dit was een bedehuis
van onbevlogen gelovigen:
Salomon Samuel Frank, winkelier,
Nathan Jakob, van eerlijke wandel,
noem ze maar op. Hier
kwamen ze samen, door voorvaderen
geïnstrueerd, door traditie
gedragen.

Besef:
er bestaat niet zoiets
als een voormalige sjoel.

Denk aan de klootzak die binnen
zijn winteraardappels bewaarde.
Niet in het niets
maar zijn openbaring
in het banale is angstaanjagend.

Nu, een koud millennium later,
staat onder de godslamp nog altijd
die oude van dagen te lullen
in al zijn ongeschorenheid
tegen de ark bevattende
de namen van hen die de dood
kwam rapen als patatten:
Sara, Israël, Esther, Benjamin, Jakob.

U die een voorbijganger bent
zoals zij dat waren,
noem ze maar op.



SHUL

On the wall of a former synagogue

Passer-by, this was a house of prayer
for nonzealous believers:
Salomon Samuel Frank, shopkeeper,
Nathan Jakob, of honest conduct,
name them. Here
they gathered: instructed
by forefathers, borne
by tradition.

Realise:
there is no such thing
as a former shul.

Think of the bastard who stored
his winter potatoes inside.
It is not nothingness
that terrifies
but its revelation in banality.

Even now, a cold millennium later,
an old man still stands
under the eternal lamp
mumbling in all his unshavenness
at the ark containing the names
of people death
scooped up like so many spuds:
Sam, Israel, Esther, Benjamin, Jakob.

You who are a passer-by,
as they were,
name them.



Het tongbotje. Gedichten 1981-2005
Penerbit: Atlas, Amsterdam, 2006
Terjemahan Inggris: David Colmer
Photo penyair: Bert Bevers
Desain sampul buku: Marjo Starink




www.alberthagenaars.nl


Minggu, 17 Mei 2015

JAN ELBURG - Teman satu kota





TEMAN SATU KOTA

Dia telah lupa cahaya
dan juga lupa rerumputan
dan semua kumbang kecil yang hidup
dan rasa dari air dan tiupan angin

dia telah lupa aroma
dari jerami, bulu kambing yang abu-abu
alang alang tanah bajakan yang terbalik

dalam batinnya tak ada sarang, luar batinnya
tak ada kebenaran, tamannya adalah vas bunga

dia juga telah lupa
cahaya dari halilintar, hujan es
yang kasar di jidatnya

dia tak bilang: terigu gandum roti
dia tak melihat burung burung menghilang
dan tak melihat datangnya salju

dia akan mati takut dan ketidakpuasan



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
17-05-2015







STADGENOOT

Hij is het licht vergeten
en het gras vergeten
en al die kleine levende kevertjes
en de smaak van water en het waaien

hij is de geur vergeten
van het hooi de grijze vacht van de schapen
de varens de omgelegde aardkluiten

zijn binnen is geen nest zijn buiten
geen buiten zijn tuin een vaas

hij is ook
de bliksem vergeten de rauwe
hagel op zijn voorhoofd

hij zegt niet: graan meel brood
hij ziet de vogels niet weggaan
en de sneeuw niet komen

hij zal bang en verongelijkt doodgaan



De vlag van de werkelijkheid
Penerbit: De Bezige Bij, Amsterdam, 1956
Juga di Gedichten 1950- 1975
Penerbit: De Bezige Bij, Amsterdam, 1975
Photo penyair: ?
Desain sampul buku: Jan G. Elburg / Frits Stoepman




www.alberthagenaars.nl