Puisi Belanda di Bahasa Indonesia (255) - Dutch poetry in Indonesian language (255 poems) - Nederlandse poëzie in het Indonesisch
Rabu, 10 Juni 2020
FRANK DECERF - Ladrier Fernand 87150 Almarhum
LADRIER FERNAND 87150 Almarhum
Waktu itu pabrik-pabrik memproduksi kematian, telah mencapai
target-target mereka dan mengirim hasilnya ke Berlin
sementara itu cerobong asap membara dengan sangat puas.
Lagi setiap hari tungku membakar dengan kekuatan sepenuhnya,
lagi setiap hari sedikit salju kelabu melayang turun ke bawah,
lagi setiap hari arwah-arwah menunggu keselamatan.
Mereka hampir tak bernafas lagi, tak tahu dimana harus melihat lagi,
tak tahu lagi artinya kehidupan, tak mau lagi selain hanya
tidur. Mereka memakai piyama-piyamanya tiap hari dan tiap malam...
Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
06-06-2020
LADRIER FERNAND 87150
De doodsfabrieken draaiden, haalden hun prognoses,
zonden schitterende resultaten naar Berlijn
wijl de schoorstenen gloeiden van tevredenheid.
Elke dag weer brandde de stinkende oven op volle kracht,
elke dag weer dwarrelde wat grijze sneeuw naar beneden,
elke dag weer wachtten de onmensen op verlossing.
Ze haalden amper nog adem, wisten niet meer waar gekeken,
wisten niet meer wat leven betekende, wilden niets meer
dan slapen gaan. Hun pyjama’s droegen ze dag en nacht...
LADRIER FERNAND 87150
These death factories reached their targets,
they sent excellent results to Berlin
the chimney pots glowing contentment.
Every day the stinking oven burnt full blast,
each day some grey snowflakes drifted down,
each day the sub-humans awaited salvation.
They hardly breathed, did not know where to turn to,
did not know what life meant anymore, they only
wanted to go to sleep, keeping on their pyjamas day and night…
LADRIER FERNAND 87150
L’industrie de la mort tournait, atteignait ses objectifs,
envoyait ses résultats retentissants à Berlin,
les cheminées, écarlates de contentement.
Chaque jour, le four écoeurant brûlait à puissance maximale,
chaque jour, quelques flocons de neige grise se couchaient,
chaque jour, les non-humains attendaient la délivrance.
A peine respirant, ne sachant où regarder,
ne sachant plus le sens du mot vivre, dormir leur seul désir,
ils portaient leur pyjamas jour et nuit.
Getuigenissen / Testimonies / Témoignages
Penerbit: Partizaan, kota Gent, 2015
Terjemahan Bahasa Inggris : Frank Decerf
Kewajiban terjemahan Bahasa Inggris: Joe Moran (junior).
Terjemahan Bahasa Perancis: Dokter Herbert Plovie
Photo penyair: © J.J. Soenen
Desain sampul buku: Stefaan Van Laere
Gambar sampul buku: Joe Moran (senior)
Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2
www.alberthagenaars.nl
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar