Kamis, 14 September 2017

MARK VAN TONGELE - Di makam ayahku





DI MAKAM AYAHKU

Sore hari di tempat pemakaman di kota Oostende.
Dari sini aku bisa mencium bau Laut Utara.

Impian. Matahari. Waktu. Ketenangan seperti di surga.
Otot perut, kibasan layar kapal, cat yang masih basah.

Di bawah pengawasan ayahku
dengan baju pelampung aku mengambang.

Tanpa berpikir suara kapal nelayan memberitahukan senja.
Warna ungu dari langit hanya terlihat mengarah ke

terbenamnya matahari. Cahaya dingin membuat gemetar
kehidupan. Menjelang ajal dalam gulungan ombak.

Tertawa sekejab. Minuman keras. Cinta yang bengis.
Berapa lama aku masih bisa menjangkau hidupku?



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
14-09-2017







BIJ HET GRAF VAN MIJN VADER

Op het kerkhof in Oostende tegen valavond.
Hiervandaan kan ik de Noordzee ruiken.

Dromen. Zon. Tijd. Hemelse kalmte.
Buikspieren, zeildansen, natte uurverf.

Onder het waakzame oog van mijn vader
drijf ik op het water met zwemvest.

Lichtvaardig klatert een kotter de schemer aan.
Het hemelpaars is alleen in de richting van

de ondergaande zon te zien. De koude schijn
doet het leven beven. Sterven in de golven.

Kortademig lachen. Drank. Wrede liefde.
Hoe ver van hier reikt mijn bestaan?



De loeiende tier
Penerbit: Atlas Contact, Amsterdam-Antwerpen, 2017
Photo penyair: © Selfie Mark van Tongele
Disain sampul buku: Melle Hammer




Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2



www.alberthagenaars.nl



Tidak ada komentar:

Posting Komentar