Puisi Belanda di Bahasa Indonesia (255) - Dutch poetry in Indonesian language (255 poems) - Nederlandse poëzie in het Indonesisch
Selasa, 11 Februari 2020
QUITO NICOLAAS - Kota, Oranjestad. Jam 04:00
KOTA ORANJESTAD, ARUBA
Jam 04:00
Klub-klub malam akan segera tutup
pengunjung yang berdansa pergi
menghilang dalam keributan di jalan
mengendarai motor dan mobil cepat.
Dengan penuh impian pemuda-pemudi
melanjutkan ke arah pantai berpalem
keinginan akan sensasi sangat kuat
yang serasi dengan suatu malam seperti ini.
Malam adalah tempat mereka berlindung
seperti untuk manusia ilegal
yang datang mendarat disini untuk melarikan
diri dari kesulitan dan kesengsaraan.
Jejak tapak kaki yang menipu
di atas jalan berpasir yang mereka lintasi
kaget terbangun dari tidur
untuk selanjutnya terusir.
Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
11-02-2020
ORANJESTAD (ARUBA)
Vier uur ’s nachts
De nachtclubs sluiten hun deuren
het dansende publiek vertrekt
lost op in de chaos op straat
rijdend op scooters en in snelle auto’s.
Jongeren vol van dromen
zoeken een weg naar de palmstranden
hunkerend naar de ultieme sensatie
die hoort bij een nacht als deze.
De nachts is hun vluchthaven
evenals voor de illegalen
die aan wal komen
om aan tegenspoed en misère te ontkomen.
Sporen van hun misleide voetstappen
op de zandwegen die ze kruisen
verrast in hun slaap
om weggestuurd te worden.
ORANJESTAD (ARUBA)
4:00 AM
Nightclubs closing their doors
people dancing out
blending into the chaos in the street
driving scooters and fast cars.
Dream loving youngsters
making their way to the palm beaches
craving foir that ultimate excitement
typical of nights like this.
The night is a shelter for them
as well as for illegal immigrants
who come ashore
to get escape from hardship and misery.
Imprints of their misguided footsteps
on the sandy roads they cross
surprised while sleeping
in order to be turned away.
English translation: Mildred Antonius
Argus
Penerbit: In de Knipscheer, kota Haarlem, 2019
Photo penyair: © Irene de Cuba
Gambar sampul buku: Ada Blijleven
Desain sampul buku: Anders Kilian
Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2
www.alberthagenaars.nl
Senin, 03 Februari 2020
FRANS AUGUST BROCATUS - Pohon ayahku
POHON AYAHKU
Aku ambil tangga kayu dari gantungan
di samping gudang. Aku merasakan sedikit
sakit saat kayu menyentuh pundakku.
Di belakang rumah terbentang tangga dari besi tempa
seperti otot mengedur antara kamar-kamar yang telah
bertahun-tahun terbungkus oleh pembicaraan dan impian.
Aku sandarkan tangga kayu pada pohon kenari
yang telah ditanam oleh almarhum ayahku.
Tatapanku mengarah ke paha, lutut dan ke kakiku.
Tanganku memegang erat. Aku memanjat, pucuk pohon
menghilang ke dalam awan yang cepat berlalu. Aku lepaskan
semuanya, suara ayahku menjadi suaraku. Aku tidak jatuh.
Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
02-02-2020
DE BOOM VAN MIJN VADER
Ik neem de ladder van de haken aan
de zijkant van de schuur. Er is een fractie
pijn wanneer hout mijn schouder raakt.
Achter in het huis ligt een smeedijzeren trap
als een sluimerende spier tussen de ingekapselde
jarenlange kamers van spreken en dromen.
Ik zet de ladder tegen de notenboom
die wijlen mijn vader plantte. Mijn ogen
schuiven over mijn benen naar mijn voeten.
Mijn handen houden vast. Ik klim, de kruin
verdwijnt in een wegjagende wolk. Ik laat los,
mijn vaders stem wordt de mijne. Ik val niet.
THE TREE OF MY FATHER
I take the ladder from the hooks
at the side of the barn. There is a fraction
of pain when wood touches my shoulder.
There's an iron ladder in the back of the house
as a dormant muscle between the encapsulated
long years of rooms of speech and dreams.
I put the ladder against the walnut tree
that my late father planted. My eyes
are sliding over my legs to my feet.
My hands holding tight. I climb, the crown
disappears in a scurrying cloud. I let go,
my father's voice becomes mine. I don't fall.
English translation: Hannie Rouweler
Weiland met stoelen / Pasture with chairs
Penerbit: Demer Press, kota Leusden, 2020
Photo penyair: © Albert Hagenaars
Patung: Frode Bolhuis
Desain sampul buku: Hannie Rouweler
Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2
www.alberthagenaars.nl
Langganan:
Postingan (Atom)