Rabu, 30 Desember 2020

HANS WARREN - Kebetulan

























KEBETULAN

Musim dingin di Pompeï. Waktunya
untuk menyapu, membersihkan, memperbaiki
dam terus menggali dalam abu.
Ada beberapa pekerja baru,
kadang-kadang foto diambilnya.

Enam tahun telah berlalu, dan dalam tendamu,
jam tiga pagi, kamu memperlihatkanku foto-foto:
lihat, waktu itu aku masih dalam tigas,
kami telah menggali vila di Pompeï,
sangat dingin, aku masih sempat bisa
mencuri satu koin, ini ambilah!

Beberapa tahun kemudian aku membalik
halaman katalog tentang Pompeï. Terkejut
aku mengenali satu foto, baju tebalmu, topimu,
sangat dingin katamu waktu itu. Koin itu
dingin bergerak di atas dada hangatku.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
29-12-2020


























TOEVAL

Het wintert in Pompeï. De tijd
van vegen, opruimen, restaureren
en verder graven in de as.
Er zijn recruten ingezet,
soms wordt een kiek gemaakt.

Zes jaar verlopen, en in je tent
’s nachts om drie uur toon je me foto’s:
kijk, toen was ik in dienst,
we groeven een villa op in Pompeï.
het was berekoud, ik heb nog
een munt achterover kunnen drukken, hier!

Weer een paar jaar later blader ik
in een catalogus over Pompeï. Met een schok
herken ik de foto’s, je dikke trui, je mutsje,
het was berekoud, zei je. Het muntje
schuift koel over mijn warme borst.



Verzamelde gedichten
Penerbit: Bert Bakker, Amsterdam, 2002
Potret penyair (portret diri sendiri): Hans Warren, 1945
Desain sampul buku: Tessa van der Waals



Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl




Minggu, 29 November 2020

MARLEEN DE CRÉE - Ketiduran

























KETIDURAN

ketika aku tiba, aku tak ada di lain tempat.
tak ada seseorang, tak seorangpun berkata sesuatu.
aku tak dikenal, tak diharapkan.
aku bukanlah sesuatu, bayangan di jalan.

tak ada pergerakan, terik panas yang tak diharapkan.
sebenarnya apa yang mau kukatakan, lihat
telah lenyap di kabut. kebisuan menetes
seperti lemak dalam kerongkongan. menggagap

seperti anak terlantar di lapangan yang direkayasa,
bersandar padaku layaknya saling mengenal.
kami telah mendengar nafas sengal anjing-anjing

itu anjing-anjing malam.
ketika aku tahu aku telah ketiduran, bermimpi
mungkin mimpi sepenggal dari keabadian.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
29-11-2020



























SLAAP

toen ik aankwam, kwam ik nergens aan.
er was niemand, niemand zei iets.
ik werd niet herkend, niet verwacht.
ik was niets, een schaduw op de weg.

stilstand, hitte, nergens op bedacht.
wat ik had willen zeggen, willen zien
was al in nevel opgelost. zwijgen
druppelde vettig in de keel. stotterde

als een verlaten kind op een denkbeeldig
plein, leunde tegen me aan alsof
we oude bekenden. we hoorden honden

hijgen, de honden van de nacht.
toen wist ik dat dit slaap was, droom
een stukje eeuwigheid misschien.



Toen gisteren nog vandaag was
Penerbit: Uitgeverij P, kota Leuven, 2020
Photo penyair: Albert Hagenaars
Photo sampul buku: Jean de Crée
Desain sampul buku: Uitgeverij P



Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl





Jumat, 06 November 2020

MICHIEL VAN KEMPEN - Transmigrasi

























TRANSMIGRASI

Perahu sampan bergoyang lebih kuat
pada saat aku seperti dewa muda menaiki
batang pohon yang berlubang ini
Tetapi ketika aku duduk akhirnya
dia begitu stabil aku seperti tong dengan disel
Ujung haluan menyibak air dan membuka
alang-alang dari tiga puluh tahun yang lalu
Begitu muda gadis itu melambaikan tangannya
padaku dia tak membiarkan roknya
untuk menutupi pahanya
Hitam ya dia memanggilku
dia masih berbau tanah
matanya tak mengenal sejarah
Sepuluh meter dan mungkin sebanyak
tahun itu kita berjarak
di antaranya ada pembatas kuat
Dia memperlihatkan sesuatu yang merah jambu
dalam ketertawaannya dan menunggu
Aku tetap menjaganya
bahasa yang dia tak pernah bisa raba
Di luar waktu dan warna saat ini
yang tak pernah bertahan lama
Kemudian dia mendayung pergi
dan aku menjadi tua dan tahu
itu tak akan pernah begitu terpikat.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
06-11-2020



























TRANSMIGRATIE

De korjaal schommelt harder
dan toen ik als jonge god
in deze holle boomstam stapte
Maar eenmaal gezeten
weet ik hem toch zo stabiel
dat ik een vat met diesel was
De boek scheurt scherp het water
en opent riet van dertig jaar terug
Hoe jong is zij die naar mij wuift
geen moeite doet haar rokje
wat dan ook van dijen te bedekken
Zwart roept zij mij
zij ruikt naar aarde op het water
haar ogen kennen geen geschiedenis
Tien meter scheiden ons en
evenzoveel jaar misschien
daar ergens loopt een harde lijn
Zij lacht wat rozigs bloot en wacht
Ik waak hierover in de tijd
een taal die zij nooit kan tasten
Buiten tijd en kleur het nu
dat nooit lang duren kan
Dan peddelt zij heen
en word ik oud en weet
dat ’t zo geladen nooit meer zal zijn.



Het eiland en andere gedichten
Penerbit: In de Knipscheer, kota Haarlem, 2020
Photo penyair: Bob Bronshoff
Photo sampul buku: 'Sancta mater nostra', Nicolaas Porter
Desain sampul buku: Anders Kilian



Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl





Senin, 26 Oktober 2020

J.H. VAN GEEMERT - Laki-laki dengan sebuah gelas

























LAKI-LAKI DENGAN SEBUAH GELAS

tentang ini aku ingin menulisnya:
seandainya bisa menjadi cukup tua
menjadi seorang lelaki
yang duduk di situ
dengan gelasnya

dia terseyum
di hadapan surat kabar
dan perlahan-lahan
dia mengganti proporsi:
yang banyak mengecil
yang sedikit menjadi terlalu besar

aku mengembalikannya
sampai seorang laki-laki yang sederhana
dan melihat dalam dirinya
lelaki yang hidup dan mati
di sore hari yang terisi dengan pikiran



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
25-10-2020



























MAN MET GLAS

hier zou ik over willen schrijven:
als je maar oud genoeg wordt
word je de man
die daar zit
met glas

hij glimlacht
tegen de krant
en langzaam
verdraait hij proporties:
het vele verkleint
het weinige wordt
onhandelbaar groot

ik reduceer hem
tot een vereenvoudigd mens
en zie in hem
de man die leeft en sterft
in een namiddag van gedachten



Nog altijd afwezig
Penerbit: Boekscout, kota Soest, 2020
Photo penyair: Wilma Bongers
Gambar sampul buku: "Martinique II", Jeroen Krabbé



Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl





Kamis, 01 Oktober 2020

BERT VOETEN - Selalu

























SELALU

Kadang-kadang kita bisa terbangun
dan berkata: lihat, kita hangat
dan telanjang, tangan kita seperti
binatang peliharaan rumah, mereka
melangkah di atas pundak, payudara,
mereka bersarang dalam ketiak,
dalam lipatan kulit yang lembut, mereka mencatat
dengan cepat tentang cinta, hampir berbicara.

Kadang-kadang keberuntungan orang-orang
berjarak selebar telapak tangan, bermimpi
dalam bilik musim panas. Matahari
membiarkan kumbang emas merayap
di atas tangan mereka; siang hari meletakkan
telinganya di atas dada mereka dan mendengarkan
pembicaraan dari dalam hati mereka,
dan ke music box dari pikiran mereka.

Dan selalu datang malam dengan
dua tangan penuh kegelapan. Gelisah
kita kembali ke sesuatu yang sejenak telah
terlupakan, sesuatu yang selalu kita takuti:
tangan menjadi kepalan,
sebuah kepalan yang bisa menghantam,
tiba-tiba, di tengah keberadaan kita.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
01-10-2020



























ALTIJD

Soms kan men wakker worden
en zeggen: zie, wij zijn warm
en onbekleed, onze handen
zijn huisdieren, zij wandelen
over een schouder, een borst,
zij schuilen in okselnesten,
in tedere huidplooien, zij
stenograferen liefde en spreken bijna.

Soms zijn de mensen een handbreed
van het geluk af, dromend
in een junivertrek. De zon laat
goudkevers over hun handen
lopen; de middag legt zijn
oor aan hun borst en luistert
naar het gepraat van hun hart, naar
de muziekdoos van hun gedachten.

En altijd komt de nacht met
handenvol donker. Slaaploos
keert men terug naar wat men
even vergat, terug naar
wat men altijd verwacht: een
hand die vuist wordt, een vuist
die neer kan komen, eensklaps,
midden in ons bestaan.



De zon op mijn hand en andere gedichten
Penerbit: De Bezige Bij, Amsterdam, 1956
Gedichten 1938-1992, De Bezige Bij, Amsterdam, 2001
Photo penyair: Philip Mechanicus
Desain sampul buku: Hans Gordijn



Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl





Jumat, 25 September 2020

SAYA YASMINE AMORES - Holanda

























HOLANDA

selembar tiket datang dari Belanda
seorang bule telah membaca
puisi-puisiku
penjahit Suel memberiku
sehelai baju
untuk perjalanan
aku tak mempunyai pakaian dalam yang baru
salah satunya masih layak pakai
aku tak mempunyai uang asing
keluargaku mempergunakan pasporku
untuk menarik uang asing
untuk pergi ke Amerika
disana mereka menghabiskannya
koper kosong
ya, Suel memberiku beberapa ekor ikan
untuk kubawa
kalau tidak aku akan malu
datang ke seseorang
dengan tangan kosong
seorang dari desa Welgedacht B
yang tak kukenal dengan baik
telah memberiku dua puluh dolar
sekarang aku punya sesuatu dalam sakuku
siapa tahu bisaku
pergunakan
dalam perjalanan?



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
29-09-2020



























HOLLAND

Holland se ticket āil
ek bakrā hamār kawitā-kār
ke mān-jān karis
darji Suel
kaprā tofā deis safar khāt
bruku nā hai nayā
ohi purānā wālā men se
ek thorā moi hai
deviezen nā hai
pariwār to kab ke hamār
paspoort par deviezen
nikārke Amerika gail rahā
udhar jāike paisā hamār cāt leis
koffer khāli hai
hān, Suel thorā machair
bhi deis hai
khāli hāth koi ke ghar jāt
saram lagat hamme
Welgedacht B weg ke
ek be-jānpahicān
bis dollar deis hamme
jeb men kuch to hai
patā nā rastā men
kab – kahān kām ā jāe?


(Bahasa Sarnāmi)

























HOLLAND

er is een ticket uit Holland gekomen
een blanke heeft mijn
gedichten ontdekt
kleermaker Suel
heeft kleren cadeau
gegeven voor de reis
ik heb geen nieuw ondergoed
één ervan is een beetje goed
ik heb geen deviezen
de familie had allang
deviezen aangevraagd op mijn paspoort
om naar Amerika te gaan
daar hebben ze het geld opgeslokt
koffer is leeg
ja, Suel heeft ook wat vissen
gegeven om mee te nemen
anders zou ik verlegen zijn
om met lege handen bij iemand
thuis aan te komen
iemand uit Welgedacht B
die ik niet eens goed ken
heeft mij twintig
Amerikaanse dollar gegeven
nu heb ik wat op zak
wie weet waarvoor
ik het onderweg
nodig kan hebben?



Het verdriet van de fluit / Bāṉsuṟi ke gam
Penerbit: In de Knipscheer, kota Haarlem, 2020
Photo penyair: Massoud Memar
Gambar sampul buku: Saya Yasmine Amores
Desain sampul buku: Anders Kilian





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl





Minggu, 30 Agustus 2020

A. ROLAND HOLST - Pertemuan terakhir dengan Gerrit Achterberg





PERTEMUAN TERAKHIR DENGAN GERRIT ACHTERBERG*

Ketika aku, begitu dekat, kulihat
di bawah kaca kepalanya tak tergapai,
sepertinya aku telah melihat sebelumnya
tetapi aku tak mengingatnya lagi
dimana atau kapan.

Tapi kemudian, saat sendirian dalam kereta,
itu terpikir olehku: satu tahun yang lalu,
sebelum fajar, aku membuka
tirai jendela perlahan, kulihat
salju telah turun di malam hari.


Gerrit Achterberg adalah penyair Belanda (1905-1962)




Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
30-08-2020








LAATSTE WEERZIEN MET GERRIT ACHTERBERG

Toen ik, zo vlakbij onder glas,
zijn onbereikbaar hoofd zag, was
het mij of ik dit al een keer
gezien had, maar ik wist niet meer
waar of wanneer.

Maar later, in de trein alleen,
viel het mij in: een jaar geleên
schoof ik, in alle vroegte, zacht
het gordijn open, en ik zag
dat het gesneeuwd had in de nacht.



Onder koude wolken
Penerbit: Bakker/Daamen, Den Haag, 1962
Photo penyair: Tak terkenal, 1968





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl





Jumat, 07 Agustus 2020

INGE NICOLE - Akan rusak





AKAN RUSAK

Jika aku merusak sesuatu
-sebuah piring atau pohon bonsai-
itu karena aku tak tahu bagaimana caranya
menjelaskan kesakitan kecuali dengan pecahan
atau kata-kata yang tergergaji

Memar-memar internal hanya diterjemahkan
seperti bagian-bagian yang terpisah.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
06-08-2020







STUKGAAN

Als ik iets stuk maak
-een bord of een bonsai boompje-
dan is het omdat ik niet weet
hoe anders dan in scherven of met
afgezaagde woorden pijn uit te leggen

Inwendige kneuzingen laten zich
slechts in opgedeelde stukjes vertalen.



Maanbrief aan het getij
Penerbit: In de Knipscheer, kota Haarlem, 2019
Photo penyair: © Maurice Hof
Photo sampul buku: Prototype of a helicopter, Felix Nadar, 1863
Desain sampul buku: Anders Kilian





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl





Rabu, 29 Juli 2020

H. MARSMAN - Lex barbarorum





LEX BARBARORUM

Berikan aku sebuah pisau,
aku mau memotong
bagian luka hitam ini dari tubuhku.

dengan perlahan aku duduk tegak.

aku mendengar aku telah mengucapkannya
sementara aku menggigil dalam gelap dan ketakutan:
aku mengakui hanya satu hukum:
hidup!

mereka mengkhianatinya bahwa perlahan-lahan
akan hancur karena kesedihan, tentu aku tak mau itu!



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
28-07-2020








LEX BARBARORUM

Geef mij een mes.
ik wil deze zwarte zieke plek
uit mijn lichaam wegsnijden.

ik heb mij langzaam recht overeind gezet.

ik heb gehoord, dat ik heb gezegd
in een huiverend, donker beven:
ik erken maar één wet:
léven.

allen, die wegkwijnen aan een verdriet,
verraden het en dat wil ik niet.



Verzamelde Gedichten, deel I
Penerbit: Querido / De Gemeenschap, Amsterdam / Bilthoven, 1938
Photo penyair: Tak terkenal





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl





Minggu, 12 Juli 2020

MARGREET SCHOUWENAAR - Aku menulismu





AKU MENULISMU

Aku menulismu di tanganku, aku membacamu
dalam pompaan dari kalimat-kalimatku.
Aku mengenalmu dan tetapi kamu masih
harus dilahirkan dalam kata-kata.

Kamu pergunakan aku untuk kepastian.
Gaun yang mana, topi yang mana? Setiap apa
yang kucoba membuatmu melunak, lembut,
seperti halnya aku menyusui seorang anak.

Setiap buku berawal di payudara,
dengan cara serakah, berliur, menghisap
kelimpahan; mulutnya lebih dari penuh:

‘Aku adalah kamu, kamu. Kamu!’

Untuk memberi nama-nama. Tidak
mengenal perkenalan. Dunia nyata ada.
Perlahan-lahan aku menulismu kesana.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
12-07-2020








IK SCHRIJF JE

Ik schrijf je in mijn hand, lees je
in het pompen van mijn zinnen.
Ik ken je en toch moet je nog
in woorden ontstaan.

Je grijpt mij als zekerheid aan.
Welke jurk, welke hoed? Mijn
trachten maakt je zachter,
teder, alsof ik een kind voed.

Elk boek begint aan een borst,
gulzig, kwijlend, puttend uit
overvloed; de mond overvol:

‘Ik ben jou, jou. Jou!

Om namen te geven. Het weten
niet te weten. De wereld bestaat.
Ik schrijf je er geleidelijk naar toe.




De overmaat van ontbreken
Penerbit: In de Knipscheer, kota Haarlem, 2019
Photo penyair: © Hannah Schouwenaar
Gambar sampul buku: Lukisan dari William Turner
      "Sun setting over a Lake", 1840 (fragmen)
Desain sampul buku: Anders Kilian





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl





Senin, 22 Juni 2020

WIM VAN TIL - Uiteindelijk





PENJAGA

Hari ini, hari kelahiranmu, aku menggali kuburan di kebun.
Retak bebatuan yang bertahun-tahun telah hidup dalam
kesunyian. Mempelajari waktu dalam air di akar yang mengering.

Menggunakan pecahan bebatuan untuk rumah kura-kura,
meninggalkan air untuk burung unggas, menyapu akar-akar
ke onggokan dedaunan, mempersiapkan tempat untuk tubuhmu.

Ketika tak ada lagi sesuatu, perlahan menurunkan
apa yang tersisa darimu, sampai jarak tak berarti lagi.
Ketika itu pergi



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
21-06-2020








WACHTER

Vandaag, op je geboortedag, een graf gegraven
in de tuin. Stenen gekraakt die jaren in stilte gedijden.
De tijd aanschouwd in worteldroog water.

De stenen gebruikt voor het huis van de schildpad, het
water aan de vogels gelaten, de wortels bij de bladhoop
gevoegd, plaats gemaakt voor jouw lichaam.

Toen er niets meer was, wat van je bleef
voorzichtig laten dalen tot afstand geen waarde
meer gaf. Toen heengegaan




Uiteindelijk
Penerbit: Kleinood & Grootzeer, kota Bergen op Zoom, 2020
Photo penyair: © belum tahu
Desain sampul buku: Gerrit Westerveld





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl





Rabu, 10 Juni 2020

FRANK DECERF - Ladrier Fernand 87150 Almarhum





LADRIER FERNAND 87150 Almarhum

Waktu itu pabrik-pabrik memproduksi kematian, telah mencapai
target-target mereka dan mengirim hasilnya ke Berlin
sementara itu cerobong asap membara dengan sangat puas.
Lagi setiap hari tungku membakar dengan kekuatan sepenuhnya,
lagi setiap hari sedikit salju kelabu melayang turun ke bawah,
lagi setiap hari arwah-arwah menunggu keselamatan.
Mereka hampir tak bernafas lagi, tak tahu dimana harus melihat lagi,
tak tahu lagi artinya kehidupan, tak mau lagi selain hanya
tidur. Mereka memakai piyama-piyamanya tiap hari dan tiap malam...




Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
06-06-2020








LADRIER FERNAND 87150

De doodsfabrieken draaiden, haalden hun prognoses,
zonden schitterende resultaten naar Berlijn
wijl de schoorstenen gloeiden van tevredenheid.
Elke dag weer brandde de stinkende oven op volle kracht,
elke dag weer dwarrelde wat grijze sneeuw naar beneden,
elke dag weer wachtten de onmensen op verlossing.
Ze haalden amper nog adem, wisten niet meer waar gekeken,
wisten niet meer wat leven betekende, wilden niets meer
dan slapen gaan. Hun pyjama’s droegen ze dag en nacht...




LADRIER FERNAND 87150

These death factories reached their targets,
they sent excellent results to Berlin
the chimney pots glowing contentment.
Every day the stinking oven burnt full blast,
each day some grey snowflakes drifted down,
each day the sub-humans awaited salvation.
They hardly breathed, did not know where to turn to,
did not know what life meant anymore, they only
wanted to go to sleep, keeping on their pyjamas day and night…




LADRIER FERNAND 87150

L’industrie de la mort tournait, atteignait ses objectifs,
envoyait ses résultats retentissants à Berlin,
les cheminées, écarlates de contentement.
Chaque jour, le four écoeurant brûlait à puissance maximale,
chaque jour, quelques flocons de neige grise se couchaient,
chaque jour, les non-humains attendaient la délivrance.
A peine respirant, ne sachant où regarder,
ne sachant plus le sens du mot vivre, dormir leur seul désir,
ils portaient leur pyjamas jour et nuit.




Getuigenissen / Testimonies / Témoignages
Penerbit: Partizaan, kota Gent, 2015
Terjemahan Bahasa Inggris : Frank Decerf
Kewajiban terjemahan Bahasa Inggris: Joe Moran (junior).
Terjemahan Bahasa Perancis: Dokter Herbert Plovie
Photo penyair: © J.J. Soenen
Desain sampul buku: Stefaan Van Laere
Gambar sampul buku: Joe Moran (senior)





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl



Kamis, 14 Mei 2020

BRIGITTE SPIEGELER - Studio Rembrandt





STUDIO REMBRANDT

Bagaimana seandainya Rembrandt masih hidup
kemungkinan dia akan aktif dengan social media?
kulihat asisten yang melakukannya itu
Studio Rembrandt di Jodenbreestraat
kira-kira dengan 70 karyawan
seseorang berhubungan dengan kolektor-kolektor
yang lainnya bertanggung jawab
untuk peralatan

Jika dia hidup sekarang,
mungkinkah dia akan mengenakan pakaian
berlebihan seperti Warhol?
Tidak, kata teman wanitaku
yang juga seorang ahli tentang Rembrandt
berpakaian lebih seperti Elton John
spesialis dan bohemian
menari saat sedang bekerja
kalau ada niat

Tak bersedia setiap hari
untuk wawancara dan semua
yang tidak sangat penting
apakah dimasa lalu atau sekarang
Sebagian beberapa hal
tidak pernah berubah
Pelukis fanatik
seperti pengetsa yang
tak bisa terhentikan.




Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
13-05-2020








STUDIO REMBRANDT

Wat als Rembrandt nu leefde
zou hij actief zijn op sociale media?
zie eerder een assistent dat voor hem doen
Studio Rembrandt in de Jodenbreestraat
met zo’n 70 medewerkers
iemand voor relaties met verzamelaars
een ander verantwoordelijk
voor materialen

Had hij nu geleefd,
Zou hij zich extravagant kleden
à la Warhol wellicht?
Nee, zegt een vriendin
tevens Rembrandt expert
veel meer als Elton John
vakman en bohémien
dansend bij zijn werk
als de luim er naar staat

Niet iedere dag beschikbaar
voor interviews en alles wat
niet essentieel is
of het nu toen of nu is
Sommige dingen
veranderen niet
Het schilderbeest blijft
evenals de etser
nooit te stoppen.




STUDIO REMBRANDT

What if Rembrandt were alive today
would he have been active on social media?
more like some assistant to do it for him
Studio Rembrandt in Jodenbreestraat
with about 70 people on the payroll
someone for art collector relations
someone else responsible
for materials

Had he been alive today,
would he dress extravagantly
à la warhol perhaps?
No, says a girlfriend
cum Rembrandt expert
much more like Elton John
professional and bohemian
dancing while at work
if he was in the mood

Not available everyday
for interviews and all that
isn’t essential
whether it was then or now
Some things
never change
The fanatic painter
just like the etcher
remains unstoppable.


English translation: Scott Rollins



Ongeëvenaard / Without Equal
Penerbit: In de Knipscheer, kota Haarlem, 2019
Photo penyair: © Michiel Heffels
Gambar sampul buku: Rembrandt van Rijn / Brigitte Spiegeler
Desain sampul buku: Anders Kilian





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl



Senin, 04 Mei 2020

ANNELIE DAVID - Pikirkan pada hutan





*

pikirkan pada hutan
keteraturan pohon-pohon
pagar rumpun bambu, roh-roh penjaga berwarna hijau yang lebih halus
mengelilingi sesuatu yang harus tersembunyi
yang sepertinya mundur ke belakang dedaunan yang bergantungan
ranting bawah menghalangi penampilan ke dalam
di luar pagar dengan jeruji tinggi terbalut oleh lumut ganggang
di sekitar merambat dan tangkai-tangkai yang mendesak melalui celah-celah
tiba tiba menganga besar, pembukaan antara disini dan disana
jadi aku masuk ke dalam tempat yang tumbuh lebat dan begitu diam-diam
seolah-olah seseorang yang bisa menembus ke dalam rahasia



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
04-05-2020








*

denk aan het bos
de rangschikking van bomen
een haag beuken beschermgeesten in de meest zachte tinten groen
omringen iets dat verborgen moet blijven
dat zich terug te trekken schijnt achter overhangend
lover lage takken belemmeren de blik naar binnen
buitenom een hek van hoge spijlen beslagen met korstmos algen
rondom klimop en andere ranken die door de spleten dringen
opeens een gapend gat een opening tussen hier en daar
dus betreed ik het dichtbegroeide al zo heimelijke
als zou je een geheim binnen kunnen dringen








Schokbos
Penerbit: Oevers, kota Zaandam, 2020
Photo penyair: © Guido van Driel
Gambar-gambar: Guido van Driel
Desain sampul buku: Kades-Kaden.nl





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl


Jumat, 01 Mei 2020

STEFAAN VAN DEN BREMT - Dua puisi pendek





*

Laut - begitu hijau, begitu hijau kebiruan
laut! Dan di dalam laut itu dari hijau
membiru, di sebelah sana melambai dan melayang
matahari - tanggelam dalam merahnya.



*

Aku adalah batu karang; apa yang terjadi
menjadi cerita lain. Itu cahaya masih
terpendam dalam diriku. Aku belum
memperlihatkannya, tapi dari dalam
aku berdarah



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
30-04-2020







*

De zee – hoe groen, hoe groenblauw is
de zee! En in die zee van groen
dat blauwt, wenkt ginds en zwalkt
de zon – een drenkeling in rood.



*

Koraal ben ik al; wat ik word
is een ander verhaal. Het ligt
nog in mezelf besloten, ik geef
het nog niet bloot en bloed-
doorschoten




La mar tan verde. Lukisan: Solange Abbiati



*

La mar tan verde, de un verde
que azuela. Y en el azul
tirado de verde nos hace señas
el sol – cuyo rojo se hunde.

Terjemahan:Stefaan van den Bremt



Coral es lo que llegaré a ser
cuando tomo el color que aún
no me cubre, que no pongo
al descubierto, por más que
me queme la sangre

Terjemahan:Stefaan van den Bremt




Aku adalah batu karang. Lukisan: Solange Abbiati



In zee / Mar adentro
Penerbit: P, kota Leuven, 2020
Photo penyair: © Solange Abbiati
Lukisan sampul buku: Solange Abbiati





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl



Senin, 20 April 2020

SCOTT ROLLINS - Transisi





TRANSISI

Semua mulai dengan ngengat biru
yang tembus pandang di atas dinding putih
suaramu datang melalui gang
dari dapur yang selalu gelap

Permintaan untuk datang melihat bagaimana
cantiknya cahaya menyelinap langsung ke sayapnya
Malam sedang sibuk mengisi tubuhnya
ketika aku tiba di balkon

Menjadi sunyi sebelum kata lihat
terucap dari bibirmu
Sekarang langit merona seperti
tubuh ngengat, awan, putihnya dinding
Rembulan seperti gelas dengan anggur rosé
menodai semua dari sisi belakang

Disanalah kami
ngengat, dinding, rembulan, awan
di kesunyian sebelum buah kastanye berjatuhan.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
20-04-2020







OVERGANGEN

Alles begon met de doorschijnend
blauwe mot op een witte muur
jouw stem kwam door de gang
vanuit de steeds donkere keuken

Een verzoek om te komen kijken hoe
mooi het licht kroop door zijn vleugels
Nacht was zijn lichaam aan het vullen
Toen ik het balkon opkwam

Een stilte viel voor het woord kijk
aan je lippen ontsnapte
De hemel nu dezelfde tint als het lichaam van
de mot, de wolken, het witte van de muur
Een maan als een glas rosé
bevlekte alles van achteren

Daar stonden we dan
de mot, de muur, de maan, de wolken
in de stilte voor het vallen der kastanjes.



Grenstekens
Penerbit: in de Knipscheer, kota Haarlem, 2020
Photo penyair: © Arsip In de Knipscheer
Photo sampul buku: Scott Rollins
Desain sampul buku: Kilian Anders





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl


Rabu, 15 April 2020

PHILIPPE CAILLIAU - Garis perbatasan air





GARIS PERBATASAN AIR

Tahap demi tahap dia bergeser ke dalam air.
Dia terdiam, bergerak menurut hukum
fisika.

Dia tahu seseorang menua tanpa kerinduan
dan muncul dengan tangan bersisik.
Dia meraba massa air yang lebih pekat
sementara kulitnya lepas berganti.

Kenapa warna air berbeda setiap jamnya,
berbeda aroma, kenapa setiap wajah
mendapat keriput baru?

Dia menjadi ikan tua. Peramal
mencari, peramal mengikuti garis perbatasan
untuk hancur berkeping.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
14-04-2020








DE OMTREK VAN HET WATER

Stap na stap schuift hij het water in.
Hij zwijgt, beweegt volgens de wetten
van de fysica.

Een mens, weet hij, wordt zonder heimwee
oud en komt tevoorschijn met geschubde
handen. Hij voelt dat grenzen dichter zijn
dan half zijn huid voorbij.

Waarom heeft water ieder uur een andere
kleur, een nieuwe geur, waarom verschuift
in elk gezicht een nieuwe rimpelkaart?

Hij wordt een oude vis. De wijze
zoekt, de wijze volgt de omtrek
om uiteen te vallen.




De omtrek van water
Penerbit: Kleinood & Grootzeer, kota Bergen op Zoom, 2020
Photo penyair: © Albert Hagenaars
Desain sampul buku: Gerrit Westerveld





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl


Selasa, 11 Februari 2020

QUITO NICOLAAS - Kota, Oranjestad. Jam 04:00





KOTA ORANJESTAD, ARUBA
Jam 04:00

Klub-klub malam akan segera tutup
pengunjung yang berdansa pergi
menghilang dalam keributan di jalan
mengendarai motor dan mobil cepat.

Dengan penuh impian pemuda-pemudi
melanjutkan ke arah pantai berpalem
keinginan akan sensasi sangat kuat
yang serasi dengan suatu malam seperti ini.

Malam adalah tempat mereka berlindung
seperti untuk manusia ilegal
yang datang mendarat disini untuk melarikan
diri dari kesulitan dan kesengsaraan.

Jejak tapak kaki yang menipu
di atas jalan berpasir yang mereka lintasi
kaget terbangun dari tidur
untuk selanjutnya terusir.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
11-02-2020








ORANJESTAD (ARUBA)
Vier uur ’s nachts

De nachtclubs sluiten hun deuren
het dansende publiek vertrekt
lost op in de chaos op straat
rijdend op scooters en in snelle auto’s.

Jongeren vol van dromen
zoeken een weg naar de palmstranden
hunkerend naar de ultieme sensatie
die hoort bij een nacht als deze.

De nachts is hun vluchthaven
evenals voor de illegalen
die aan wal komen
om aan tegenspoed en misère te ontkomen.

Sporen van hun misleide voetstappen
op de zandwegen die ze kruisen
verrast in hun slaap
om weggestuurd te worden.




ORANJESTAD (ARUBA)
4:00 AM

Nightclubs closing their doors
people dancing out
blending into the chaos in the street
driving scooters and fast cars.

Dream loving youngsters
making their way to the palm beaches
craving foir that ultimate excitement
typical of nights like this.

The night is a shelter for them
as well as for illegal immigrants
who come ashore
to get escape from hardship and misery.

Imprints of their misguided footsteps
on the sandy roads they cross
surprised while sleeping
in order to be turned away.


English translation: Mildred Antonius



Argus
Penerbit: In de Knipscheer, kota Haarlem, 2019
Photo penyair: © Irene de Cuba
Gambar sampul buku: Ada Blijleven
Desain sampul buku: Anders Kilian





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl



Senin, 03 Februari 2020

FRANS AUGUST BROCATUS - Pohon ayahku





POHON AYAHKU

Aku ambil tangga kayu dari gantungan
di samping gudang. Aku merasakan sedikit
sakit saat kayu menyentuh pundakku.

Di belakang rumah terbentang tangga dari besi tempa
seperti otot mengedur antara kamar-kamar yang telah
bertahun-tahun terbungkus oleh pembicaraan dan impian.

Aku sandarkan tangga kayu pada pohon kenari
yang telah ditanam oleh almarhum ayahku.
Tatapanku mengarah ke paha, lutut dan ke kakiku.

Tanganku memegang erat. Aku memanjat, pucuk pohon
menghilang ke dalam awan yang cepat berlalu. Aku lepaskan
semuanya, suara ayahku menjadi suaraku. Aku tidak jatuh.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
02-02-2020








DE BOOM VAN MIJN VADER

Ik neem de ladder van de haken aan
de zijkant van de schuur. Er is een fractie
pijn wanneer hout mijn schouder raakt.

Achter in het huis ligt een smeedijzeren trap
als een sluimerende spier tussen de ingekapselde
jarenlange kamers van spreken en dromen.

Ik zet de ladder tegen de notenboom
die wijlen mijn vader plantte. Mijn ogen
schuiven over mijn benen naar mijn voeten.

Mijn handen houden vast. Ik klim, de kruin
verdwijnt in een wegjagende wolk. Ik laat los,
mijn vaders stem wordt de mijne. Ik val niet.




THE TREE OF MY FATHER

I take the ladder from the hooks
at the side of the barn. There is a fraction
of pain when wood touches my shoulder.

There's an iron ladder in the back of the house
as a dormant muscle between the encapsulated
long years of rooms of speech and dreams.

I put the ladder against the walnut tree
that my late father planted. My eyes
are sliding over my legs to my feet.

My hands holding tight. I climb, the crown
disappears in a scurrying cloud. I let go,
my father's voice becomes mine. I don't fall.


English translation: Hannie Rouweler



Weiland met stoelen / Pasture with chairs
Penerbit: Demer Press, kota Leusden, 2020
Photo penyair: © Albert Hagenaars
Patung: Frode Bolhuis
Desain sampul buku: Hannie Rouweler





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl



Minggu, 05 Januari 2020

HILDA DE WINDT AYOUBI - Papiamento bahasa manisku





PAPIAMENTO BAHASA MANISKU

Bukan tatabahasa yang terbesar,
Bukan kamus yang tertebal,
Bukan juga ejaan terindah,
Yang bisa berkilau dalam hatiku

Adalah sendok makanan pertama kalinya
Sejak hari pertama aku belajar duduk,
Ketika ibuku menyuapiku

Tak ada sesuatu di dunia yang pernah mau ku tukar

Dengan Papiamento manisku, bahasaku,
Yang ingin ku sombongkan ke semuanya,
Begitu berharganya dia untukku,
Begitu tersayangnya dia untukku.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
05-01-2020








MIJN DUSHI PAPIAMENTU

Noch de dikste grammatica,
Noch het dikste woordenboek,
Noch de mooiste orthografie,
Kan zo in mijn hart schitteren

Het is mijn eerste lepel voedsel
Vanaf de eerste dag dat ik heb leren zitten,
Toen mijn moeder het mij voerde

Ik wil het voor niets ter wereld wisselen

Met mijn dushi Papiamentu, mijn taal,
Daar wil ik overal mee bluffen,
Zo genegen is zij mij,
Zo geliefd is zij mij.




Lukisan diri sendiri



MI DUSHI PAPIAMENTU

Ni e gramátika di mas diki,
Ni e dikshonario di mas diki,
Ni e ortografia di mas bunita,
Mes tantu den mi kurason por bria

Ta mi promé kuchara di kuminda
For di e promé dua ku m’a siña sinta,
Ora mi mamai a dunami e na boka

Ku pa nada na mundu lo mi ke troka

Ku mi dushi Papiamentu, mi idioma,
Ta kuné tur kaminda mi ta broma,
Ta asina tantu kariño mi tin p’e,
Asina tantu amor mi ta sinti p’e.



Geef me je taal - dat ik je beter versta / Duna mi bo idioma - pa mi por komprondé bo mihó
Penerbit: In de Knipscheer, kota Haarlem, 2019
Photo penyair: © Studio Tramm
Photo sampul buku: Mexicaans tall ship: HdWA
Desain sampul buku: Anders Kilian





Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2


www.alberthagenaars.nl



ALBERT HAGENAARS - Borobudur





BOROBUDUR

I

Mendekat dari sudut yang telah diperhitungkan. Hanya
ada getar di antara kita berdua, pantulan layar segi tiga,
mengelepak dalam angin kering,
gosokan pada suatu dasar dari waktu ke waktu.

Pasir gurun mengersak dalam remasan lensa tua.
Beberapa derajat lagi dan kemudian sang gunung semesta
tergenang, bagai teratai candinya mengambang
pada pantulan kehendak dan benda.

Aku berpaling. Di Baie d’Avranches yang mengapi
sang ayah-yang-penyair meratapi puterinya yang karam
Abad-abad berputar memenuh diri dalam dukacita kita.
Kala itu aku anak muda dan tak melawan.



II

Para dewa bangkit bersama negara dan akhirnya runtuh.
Sekali lagi kita mendaki melewati singa-singa.
Musim-musim penghujan membasuh darah kita dari tangga,
di atas aras paling rendah; aras iri dengki, nafsu dan kematian.

Tangan putih menggagapi abu mencari puisi yang terbenam:
pohon buahan, gajah, para hakim, perempuan mungil
memegang tombak, dan menyentuh dawai-dawai retas, cintaku
kepadamu. Bahana tajam kekaguman, dan ketakpahaman.

Di puncak kurangkul dia, kuangkat, kunaikkan.
Kami ketawa, saling cocok. Gaunnya meninggalkanku telanjang.
Aku mesti jadi ayahmu, mengelus segalanya rapi kembali.
Negara bangkit bersama dewa, yang memicu keruntuhannya.



III

Kuelus urat-urat darah kitab renta ini, madu
terpancur dari stupa, menutupi nama dan rupa,
kenangan akan suatu kehilangan. Yang tak bisa membaca
pergi mendaki berputar dan mencari tempatnya.

Ingatkah kau malam terakhir itu di kamar kosong kita
yang sesak aroma dupamu, bagaimana kita menyimak
para lalat? Aku mesti menemanimu pergi ke klinik,
tapi kau menjerit, menghunjamkan tombakmu menusukku.

Di angin pagi yang lemah ini cakap terhenti,
niat meluka meraja dalam secercah senyum
yang di banyak percintaan silam terpahatkan
dari sesuatu yang hampa arti.



Terjemahan: © Landung Simatupang
2010







BOROBUDUR

I

Naderend vanuit de berekende hoek. Even
een trilling tussen ons, een spiegeling van drie-
kantige zeilen, klapperend in de droge wind,
het schuren van een bodem over de tijd.

Woestijnzand knarst in de oeroude lens.
Nog enkele graden; dan staat de kosmische berg
onder water en drijft haar tempel als een lotus
op de spiegeling van wil en materie.

Ik draai. Aan de brandende baai van Avranches
huilt de dichtervader om zijn verdronken dochter.
Eeuwen wentelden hun volheid in ons verdriet.
Ik was een jonge man en bevocht het niet.



II

Goden kwamen met staten op en gingen ten onder.
Opnieuw klimmen we langs de leeuwen omhoog.
De moessons spoelden ons bloed van de trappen,
over het laagste terras; dat van naijver, lust en dood.

Een blanke hand tast in de as naar verzakte strofen:
fruitbomen, olifanten, rechters, een kleine vrouw
met een speer, en raakt aan gebroken snaren, mijn liefde
voor jou. Harde klanken van bewondering, en onbegrip.

Boven neem ik haar in m’n armen, til haar op.
We lachen, worden elkaar. Haar rok laat me bloot.
Ik moest je vader zijn en strijk alles weer glad.
Staten komen met goden op, gaan eraan ten onder.



III

Ik streel de aders van dit brekend boek, honing
vloeit uit de stupa en bedekt naam en vorm,
herinnering aan gemis. Wie niet kan lezen
gaat stijgend rond, zoekt zijn plaats.

Weet je al, die laatste nacht in onze lege kamer,
stinkend van jouw wierook, hoe we luisterden
naar de muskieten? Ik zou meegaan naar de kliniek,
maar je schreeuwde, je stak je speer in mij.

In deze broze ochtendwind eindigt het
spreken, heerst wrok in een glimlach,
vele liefdes geleden gebeiteld uit wat
van geen enkel belang mocht zijn.






BOROBUDUR

I

Approaching from the calculated angle. Just
a quiver between us, a reflection of tri-
angular sails, fluttering in the arid wind,
the scraping of a bottom over time.

Desert sand scrunches in the ancient lens.
A couple more degrees and then the cosmic mountain
is submerged, her temple drifting like a lotus
on the reflection of will and matter.

I turn. At the burning bay of Avranches
the poet-father weeps for his drowned daughter.
Centuries revolved their fulness in our grief.
I was a young man and did not resist.



II

Gods rose with states and eventually declined
Once more we clamber upwards past the lions.
The monsoons washed our blood off the stairs,
over the lowest terrace; that of envy, lust and death.

A white hand feels in the ashes for subsided verses:
fruit trees, elephants, judges, a small woman
with a spear, and touches broken strings, my love
for you. Harsh sounds of admiration, and incomprehension.

On top I take her in my arms, lift her up.
We laugh, become each other. Her frock leaves me naked.
I had to be your father and stroke everything smooth again.
States rise with gods, who trigger their decline.



III

I caress the veins of this breaking book, honey
flows out the stupa, covering name and form,
remembrance of a loss. Who cannot read
goes climbing round and seeks his place.

Do you recall that last night in our empty room
that stank of your incense, how we listened
to the flies? I was to go with you to the clinic,
but you screamed, you stuck your spear in me.

In this frail morning wind the speaking
ceases, spite rules in a smile,
many loves ago chiselled out of what
was devoid of any meaning.



Terjemahan: © John Irons
2003




Tropendrift / Tropical Drift
Penerbit: In de Knipscheer, Haarlem, 2003
Photo penyair: Siti Wahyuningsih
Desain sampul buku: Anders Kilian




www.alberthagenaars.nl